Resensi
Novel
Judul Novel : Sengsara
Membawa Nikmat
Nikmat Penulis : Tulis
Sutan Sati
Penerbit : Balai Pustaka
Tebal : 206 halaman
Genre : Sastra lama
Cetakan : Enam belas, 2004
Sinopsis
Novel Sengsara Membawa Nikmat
Berkisah tentang
dua orang pemuda, Midun dan Kacak yang saling bermusuhan. Midun anak miskin,
berbudi baik, sopan, sabar, dan taat menjalankan perintah agama. Midun juga
sangat pandai memainkan silat. Sementara Kacak adalah anak seorang kaya, ibunya
menjadi penghulu Laras di daerah itu sehingga tak heran jika Kacak menjadi
sombong dan bangga dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya. Melihat
perbedaan dua karakter itu, wajarlah jika masyarakat lebih senang dan
menghormati Midun dari pada Kacak. Karena Midun lebih disukai orang, Kacak
menjadi sangat iri. Pangkal dari permusuhan di antara mereka, adalah karena
Midun sangat disukai masyarakat sedangkan Kacak tidak.Sebaliknya, Kacak justru
beranggapan bahwa penyebab ia tidak disukai dirinya oleh masyarakat adalah
akibat hasutan Midun kepada masyarakat agar membenci dirinya. Dan Midun pun
dihukumlah. Hukuman yang diterima Midun tidak membuat Kacak berhenti. Kacak
masih sangat membenci Midun dan selalu mencari kesempatan untuk mencelakainya.
Tidak jarang pula Kacak selalu mencari gara-gara untuk memancing agar Midun
emosi dan menantangnya berkelahi. Berkat kesabaran Midun-lah semua pancingan
Kacak tidak pernah ditanggapinya. Ia bahkan menuduh Midun akan memperkosa
istrinya, sehingga Kacak justru menantang Midun untuk berkelahi. Dalam
perkelahian itu Midun berhasil mengalahkan Kacak. Kekalahan membuat Kacak
semakin menyimpan dendam. Kacak melaporkan kejadian itu kepada Tuanku Laras. Ia
memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku laras percaya dengan
laporan Kacak sehingga Midun mendapat hukuman bekerja di rumah Tuanku Laras
tanpa upah. Selama Midun menjalani hukuman itu, Kacak ditugaskan oleh Tuanku
Laras untuk mengawasi Midun. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh
Kacak. Kacak memiliki kesempatan yang besar untuk mencelakai Midun. Tiap hari
Kacak menghina dan berlaku kasar terhadap Midun. Midun menerima semua itu
dengan tabah. Hingga di sini Kacak belum juga puas. Ia tidak rela jika Midun masih
berada di kampung itu.Keberadaan Midun menjadi penghalang untuk kacak untuk
berbuat sesuka hati di kampung mereka. Mereka kemudian ditangkap oleh tentara
kompeni dengan tuduhan membuat huru-hara. Midun dan Lenggang dijatuhi hukuman
penjara di Padang. Sedangkan Maun bebas dari tuduhan karena sengaja tidak
dilibatkan oleh Midun dalam hal itu. Di dalam penjara Midun mendapatkan
perlakuan yang tidak wajar. Begitu masuk ia sudah diadukan dengan Si Ganjil
jagoan di penjara itu. Tetapi untung Midun dapat mengalahkannya. Sehingga seisi
penjara menjadi segan terhadapnya. Namun ia masih saja menerima perlakuan yang
menyakitkan dari sipir-sipir penjara. Berkat nasihat-nasihat dari Gempa Alam
sipir yang membawanya ke penjara itu, Midun akhirnya tabah juga menghadapi cobaan-cobaan
hidup itu. Ketika Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya yaitu menyapu
jalan, ia menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang
gadis bernama Halimah yang rumahnya tidak jauh dari penjara. Perkenalanpun
terjadilah di antara mereka. Dan begitu Midun sudah selesai menjalani masa
hukumannya, Halimah meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah.
Karena dia ingin dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki Belanda yang sejak
dahulu mengurus dirinya dan ibunya. Di sana mereka diterima dengan baik. Midun
diminta tinggal di rumah itu. Namun lama kelamaan, Midun merasa malu tinggal di
rumah itu bila hanya untuk menumpang makan dan tidur saja. Maka Midun
memutuskan untuk pergi dari rumah itu mencari pekerjaan. Midun mencoba mencari
pekerjaan ke Jakarta. Dalam perjalanan ke Jakarta, Midun berkenalan dengan
seorang saudagar Arab yang kaya raya, yang sebenarnya adalah seorang rentenir.
Tanpa berprasangka buruk, Midun menerima tawaran Syekh itu yang akan meminjami
uang sebagai modal. Dengan modal hasil pinjaman dari orang Arab itu, Midun
membuka usaha dagang. Berkat ketekunannya, usaha Midun berkembang pesat
sehingga membuat syekh Arab itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan jumlah
melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena hutangnya telah dihitung
berlipat ganda. Gagal menagih Syekh ,menagih dengan cara lain, ia bersedia
Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun menyerahkan Halimah
kepadanya. Ketika melihat Sinyo Belanda terdesak, Midun menolongnya. Sinyo
Belanda selamat. Ternyata kemudian diketahui bahwa orang tua sinyo itu adalah
Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda terima kasih, Midun ditawari
kerja di sana sebagai sekretaris. Tak lama kemudian Midun mempersunting
Halimah. Kerja Midun dipindahkan menjadi Menteri Kebijakan di Tanjung Priok.
Juga tingkah laku Kacak yang kini sudah menjadi Tuanku Laras menggantikan
ibunyanya, semakin menjadi-jadi. Manjau dan Miun yang kini sudah kawin dengan
adik Midun selalu menjadi sasaran kekejaman Kacak. Sekembalinya ke Betawi,
Midun mendatangi Hoofd-commissaris untuk mengutarakan keinginannya pindah ke
Bukittinggi, dengan alasan mau bekerja di tanah kelahirannya.Kantor itu
mngijinkan. Maka kemudian Midun sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan oleh
Asisten Resident Bukittinggi ia ditempatkan sebagai Asisten Demang di
daerahnya.Tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak musuhnya. Karena malu
dan takut, kecurangannya menggelapkan uang negara terbongkar oleh Midun,
akhirnya Kacak pergi meninggalkan daerah itu, dan tak pernah kembali lagi.
Setelah berkumpul kembali dengan seluruh keluarga dan para sahabatnya, mulailah
Midun memerintah negeri itu dengan gelar Datuk Paduka Raja.
Unsur
instrinsik Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tema:
Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
Tokoh dan
Penokohan:
1. Midun
adalah seorang pemuda sopan, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Tuanku
Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia sangat ditakuti dan
disegani dikampungnya.
3. Kacak
adalah seorang pemuda yang memiliki sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia
angkuh, kasar, dan suka berpoya-poya.
4. Haji
Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru silat.
5. Maun
adalah seorang pemuda sopan, sopan, dan taat kepada ajaran agama. Dia sahabat
kental Midun.
6. Halimah
adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya. Dia
termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
Alur : Maju
Latar : Latar tempat
1. Lapangan (Minangkabau)
2. Bogor
3. Jakarta
Amanat
1. Bersabarlah
dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa tes atau cobaan,
dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang pasti ada hikmah yang
tersembunyi.
2. Pandai-pandailah
mengemudikan hawa nafsu. Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini sering
kali menjerumuskan orang di lembah kesengsaraan.
Sudut
Pandang
Sudut pandang
orang ketiga, Sebab penulis menggunakan kata itu sebagai kata ganti orang ketiga.
Unsur
ekstrinsik:
1. Moral Moral baik dan Baik budi
Kalimat
pembuktian : "sungguh amat
baik benar budi bahasa orang belanda itu" (hal 133) Memberikan uang
Kalimat pembuktian: "perempuan itu memberikan uang kepada Midun" (hal
108) beriba hati Kalimat pembuktian: "ujar Halimah yang beriba hati"
(hal 110) .
2. Moral buruk - kata tidak senonoh
Kalimat
pembuktian: "hai anjing, berani engkau menggantikan tempat duduk saya?,
Ayo pergi" (hal 980)Ingin membunuh Kalimat pembuktian: "ia dapat
terjadi akan menghancurkan kita" (hal 78) Halaman 17 - Berkelahi Kalimat
pembuktian: "kebijakan bekerja keras untuk memadamkan perkelahian
itu" (hal 81)
3. Nilai Agama - Insya allah
Kalimat
pembuktian: "insya allah akan saya periksa dengan sepatutnya, hingga
menenagkan hati tuanku" (hal 52) - Pernikahan Kalimat pembuktian:
"benar agama mengizinkan beristri lebih dari satu sampai empat" (hal
143) - berkehendak tentang agama Kalimat pembuktaian: "bahkan jika halimah
kehendaki saya masuk orang islam pun saya suka" (hal 137)
4. Budaya
- Berkasidah Kalimat pembuktian: "terdengar suara orang berkasidah
(bernyanyi cara arab) yang hampir dilakukan setiap hari" (hal 9) - Kenduri
Kalimat pembuktian: "begini maun! Waktu kenduri di mesjid tempo hari,
bukankah engkau duduk dengan saya" (hal 10) - Tolong menolong Kalimat
pembuktian: "sudah umum pada orang kampong itu, manakala ada pekerjaaan
berat suka tolong-tolongan”
Keunggulan
novel
Jalan ceritanya
yang menggambarkan tentang kejadian-kejadian dalam kehidupan seseorang. Novel
ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak muda yang disukai banyak orang
melawan seseorang anak lainnya yang mudah dendam dan dengki serta menghalalkan
segala cara untuk menjatuhkan orang lain. Novel ini memotivasi para pembacanya.
Pada novel ini juga kental akan tradisi atau adat Minangkabau yang menjadi
latar cerita pada novel ini. Memang sudah menjadi ciri khas novel tahun 20-an
yang menggunakan unsur sastra lama seperti adat dan bahasa melayu yang sangat
kental.
Kelemahan
novel
penggunaan
bahasa melayu yang sulit untuk dimengerti. khususnya bahasa Minangkabau yang
sangat kental membuat tidak semua orang dapat mengerti arti kata-katadalam
novel ini.Ada beberapa kata yang tidak dapat diartikan atau dimengerti
masyarakat umum sehingga membuat pembaca tidak dapat mengerti secara
keseluruhan isi novel tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar